Definisi
Rabies
Rabies
atau dikenal juga dengan istilah lyssahydrophobia, rage, tollwut, atau penyakit
anjing gila. Rabies adalah penyakit infeksi yang bersifat akut pada susunan
saraf pusat yang dapat menyerang semua jenis binatang berdarah panas dan
manusia. yang di sebabkan oleh virus rabies yang
ditandai dengan kelumpuhan yang progresif dan berakhir dengan kematian
Tingkat
Kejadian Penyakit Rabies di Dunia
Rabies adalah salah satu penyakit tertua
yang pertama kali dikenal di Mesir dan Yunani Kuno sejak tahun 2300 sebelum
masehi. Rabies di temukan di sebagian besar dunia, sedangkan negara – negara
yang hingga kini bebas dari rabies adalah Australia, Selandia Baru, Inggris,
Belanda, Hawaii (Amerika Serikat) dan sejumlah pulau – pulau kecil di pasifik
Rabies di Indonesia sudah lama ditemukan
dan hampir semua daerah tertular virus. Rabies pertama kali di temukan pada
kerbau oleh Esser (1884), anjing oleh Penning
(1889), dan pada manusia oleh E.V.de Haan (1894) yang ketiganya ditemukan di
Jawa Barat.
Selanjutnya
beberapa tahun kemudian kasus rabies ditemukan di Sumatera Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur (1953), Sumatera Utara (1956), Sumatera Selatan dan Sulawesi
Utara (1958), Sumatera Selatan (1959), Aceh (1970), Jambi dan Yogyakarta
(1971), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), Kalimantan Tengah (1978),
Kalimantan Selatan (1983), Pulau Flores NTT (1997), Pulau Ambon dan Pulau seram
(2003).
Kejadian rabies di Bali, semua kabupaten
dipastikan tertular dengan korban meninggal bervariasi. Di Tabanan misalnya,
Sejak Agustus 2009 hingga pertengahan Mei 2010 dari 4.882 warga di Kabupaten
Tabanan, Bali, yang menderita rabies akibat gigitan anjing, sudah 16 orang yang
tewas. Kasus pada manusia mengalami fluktuasi tertinggi pada Oktober 2009,
yakni mencapai 920 orang. Adapun total korban sejak Agustus tahun 2009 hingga
pertengahan Mei 2010 mencapai 4.882 orang. Buleleng juga melaporkan korban
meninggal sebanyak 5 orang sejak kasus rabies menulari kabupaten Buleleng.
Korban meninggal terakhir adalah seorang balita Putu Susila Putra warga Desa
Alasangker Kecamatan Buleleng.
Rabies di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena hampir selalu menyebabkan kematian (always almost fatal) setelah timbul gejala klinis dengan tingkat kematian sampai 100%.
Penyebab
Penyakit Rabies
Rabies merupakan penyakit zoonosis yang
dapat menular melalui semua hewan berdarah panas dan hampir semua kejadian
infeksinya akan berakhir dengan kematian. Penyakit ini di sebabkan oleh
Rhabdovirus. Virus ini berbentuk peluru berkapsula dengan ukuran 70x170 nm.
Kapsula yang menyelubunginya tersusun atas peplomer glikoprotein, bahan protein
(protein matrix) dan lipoprotein. Virus ini memiliki nukleo kapsid dengan
simetri heliks, genom RNA linear Polaris minus, 11-12kb. Rhabdovirus
mereplikasi diri dalam sitoplasma, transkriptase virus mentranskripsi lima RNA
subgenom yang ditranslasi menjadi lima protein yaitu transkriptase (150 K),
Nukleoprotein (50-62 K), protein
matrix (20-30 K), peplomer glikoprotein (70-80 K) dan protein tidak
bersturktur (40-50 K). pendewasaan virus ini melalui penguncupan menembus
membran.
Virus
masuk ke tubuh melalui luka (biasanya dari gigitan hewan buas) atau luka yang
di jilati oleh hewan yang terinfeksi rabies. Setelah infeksi, virus akan masuk
melalui saraf-saraf menuju ke sumsum
tulang belakang
dan otak dan bereplikasi di sana.
Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non
saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Masa inkubasi rabies
adalah 20-90 hari, sangat tergantung pada tingkat keparahan luka, lokasi dan
jarak luka dari otak, dan jumlah dan strain virus yang masuk. Semakin dekat
dengan otak, semakin berbahaya. Hewan yang terkena rabies biasanya dalam kurun
waktu 14 hari akan mati.
Penularan
Penularan
rabies biasanya terjadi melalui gigitan atau jilatan hewan misalnya anjing,
kucing, kera, rubah, sigung, kelelawar, dan rakun yang telah terinfeksi, Pada
kasus tertentu penularan melalaui udara dapat juga terjadi. Virus ini
berkembang biak dalam kelenjar ludah. Sangat peka terhadap pelarut yang
bersifat alkalis seperti sabun, desinfektan, alkohol, dll. Sistem yang diserang
adalah Sistem syaraf atau nervous system clinical
encephalitis yang dapat
bersifat paralitik / furious dan glandula salivarius mengandung sejumlah besar
partikel virus yang berada di saliva. Penularan dari orang ke orang secara
teoritis dimungkinkan oleh karena liur orang yang terinfeksi dapat mengandung
virus, namun hal ini belum pernah didokumentasikan. Transplantasi organ
(cornea) orang yang meninggal karena penyakit sistem saraf pusat yang tidak
terdiagnosa dapat menularkan rabies kepada penerima organ tadi. Penyebaran
melalui udara telah dibuktikan, namun kejadiannya sangat jarang
Gejala
Gejala
Klinis Pada Hewan
Anjing
muda lebih relatif lebih peka dibandingkan hewan dewasa. Masa inkubasi rata-rata
3 sampai 6 minggu dengan variasi yang tinggi, bisa 10 hari atau 6bulan, jarang
kurang dari 2 minggu atau lebih dari 4 bulan. Virus rabies dijumpai pada air
liur anjing segera setelahgejala klinis tampak.
Ada
tiga bentuk rabies pada hewan yaitu :
a)
Furious rabies (bentuk ganas)
b)
Dumb rabies (bentuk tenang)
c)
Asimtomatik rabies
Pada
anjing dan kucing biasanya bersifat ganas. Masa inkubasi 10-60 hari namun bisa
juga lebih lama. Air liur binatang sakit yang mengandung virus menularkan virus
melalui gigitan atau cakaran.
Gejala klinis dari tiga bentuk rabies pada hewan
Bentuk
ganas (Furious rabies)
Masa
eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda – tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat:
·
Hewan
menjadi penakut atau menjadi galak
·
Senang
bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat
menjadi agresif
·
Tidak
menurut perintah majikannya
·
Nafsu
makan hilang
·
Air
liur meleleh tak terkendali;
·
Hewan
akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, bendabenda asing
seperti batu, kayu dsb
·
Menyerang
dan menggigit barang bergerak apa saja yang dijumpai;
·
Kejang
- kejang disusul dengan kelumpuhan
Bentuk
diam (Dumb Rabies)
Masa
eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi. Tanda- tanda yang sering terlihat :
·
Bersembunyi
di tempat yang gelap dan sejuk
·
Kejang-kejang
berlangsung sangat singkat, bahakan sering tidak terlihat.
·
Lumpuh,
tidak dapat menelan, mulut terbuka.
·
Air
liur keluar terus menerus (berlebihan).
·
Mati.
Bentuk
Asimtomatis
Hewan
tidak menunjukkan gejala sakit dan atau hewan tiba-tiba mati. Rabies pada
kucing mempunyai gejala atau tanda-tanda yang hampir sama dengan gejala pada
anjing, seperti :
·
Menyembunyikan
diri, banyak mengeong,
·
Mencakar-cakar
lantai dan menjadi agresif.
·
Pada
2 - 4 hari setelah gejala pertama biasa terjadi kelumpuhan, terutama di bagian
belakang.
Berikut
fase-fase yang dilalui saat hewan terpapar rabies bentuk ganas (furious rabies)
yaitu :
Fase prodormal
(fase awal)
Ditandai
dengan bersikap tidak normal, bersembunyi di tempat yang gelap, gelisah, tidak
dapat tidur, refleks keaktifan meningkat, anoreksia, nyeri pada gigitan,
temperatur meningkat sedikit.
Fase eksitasi
Setelah
1-3 hari, agresif, cenderung menggigit barang, hewan dan manusia termasuk
pemiliknya sendiri. Bahkan kadang kadang menggigit dirinya sendiri. Hewan
mengalami hipersalivasi karena hewan tidak bisa menelan salivanya sendiri
akibat paralisa otot untuk menelan, gonggongannya berubah karena paralisa sebagaian
syaraf vokal, hewan cenderung meninggalkan rumah dan lari jauh, seringkali
menyerang anjing dan hewan lain.
Fase paralisis
Konvulsi,
diikuti inkoordinasi otot dan kelumpuhan. Selain bentuk ganas bisa juga
dijumpai rabies bentuk diam dengan gejala kelumpuhan,fase eksitasi sangat
pendek kadang kadang tidak ada, kelumpuhan mulai otot kepala dan leher. Hewan
sulit menelan kemudian diikuti total dan berakhir dengan kematian.
Tanda-Tanda Rabies Pada Manusia
·
Gejala
awal rabies meliputi demam, malese umum, mual, rasa nyeri di tenggorokan
beberapa hari, rasa nyeri dan panas disertai kesemutan pada tempat luka.
·
Lalu
disusul gejala angsietas dan reaksi berlebihan terhadap rangsang sensorik atau
yang dinamakan “stimulus sensitive myclonus”.
·
Tonus
otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala-gejala hiperhidrosis,
hipersalivasi, hiperlakrimasi dan dilatasi pupil.
·
Bersamaan
dengan stadium eksitasi penyakit mencapai puncak yang sangat khas yaitu
hydrophobia (rasa takut berlebihan terhadap air), gejala lain adalah kepekaan
tinggi terhadap rangsang sinar, suara dan angin, sehingga penderita rabies akan
kejang- kejang dan akan timbul air liur dan air mata secara berlebihan,
diakhiri dengan kelumpuhan
·
Gejala-gejala
dapat terus tampak sampai penderita meninggal, tetapi yang lebih sering terjadi
sebelum kematian otot-otot justru melemas, hingga terjadi parises flaksid
otot-otot.
·
Biasanya
penderita meninggal 4-6 hari setelah gejala pertama timbul
Pencegahan
Pencegahan rabies pada hewan adalah tanggung jawab Dinas
Peternakan dan dalam pelaksanaannya akan bekerjasama dengan semua isntansi.
Agar pencegahan dan pemberantasan lebih efektif, maka disusun pedoman khusus
berlandaskan pada surat keputusan bersama antara menteri Kesehatan, Menteri
pertanian dan Menteri Dalam Negeri tentang pencegahan dan penanggulangan
rabies.
Adapun langkah-langkah pencegahan rabies dapat dilihat dibawah
ini:
·
Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing,
kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.
·
Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk
tanpa izin ke daerah bebas rabies.
·
Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies
kedaerah-daerah bebas rabies.
·
Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera,
70% populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus.
·
Pemberian tanda bukti atau pening terhadap setiap kera, anjing,
kucing yang telah divaksinasi.
·
Mengurangi jumlah populasi anjing liar atan anjing tak betuan
dengan jalan pembunuhan dan pencegahan perkembangbiakan.
·
Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita
rabies, selama 10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati selama observasi
atau yang dibunuh, maka harus diambil spesimen untuk dikirimkan ke laboratorium
terdekat untuk diagnosa.
·
Mengawasi dengan ketat lalu
lintas anjing, kucing, kera nan hewan sebangsanya yang bertempat sehalaman
dengan hewan tersangka rabies.
·
Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena rabies
sekurang-kurangnya 1 meter
Pada manusia dapat di cegah dengan melakukan vaksinasi, vaksin
rabies pre-exposure dapat di berikan pada orang yang beresiko tinggi terkena
virus rabies sehingga dapat terlindungi apabila mereka terpapar virus rabies.
Sedangkan vaksin rabies post-exposure dapat mencegah terjadinya penyakit rabies
apabila di berikan kepada seseorang setelah terpapar virus rabies. vaksin ini
sebaiknya di berikan sesegera mungkin
Vaksinasi
memberikan perliundungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun,
sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap pemaparan selanjutnya harus
mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun
Pelaksanaan
Terapi (Pengobatan)
Bila terinfeksi rabies, segera cari
pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun harus dilakukan sedini mungkin
sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila gejala mulai terlihat,
tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini. Kematian biasanya terjadi
beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama.
Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan vaksin. Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang. Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin.
Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan vaksin. Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang. Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin.
Spesialite
Obat
1. Vaksin sel diploid manusia
(HDCV)
Untuk
mendapatkan suspensi virus rabies bebas dari protein asing dan susunan saraf
pusat, virus rabies diadaptasi untuk tumbuh dalam jalur sel fibroblas normal
manusia WI-38. Sediaan virus rabies dipekatkan melalui ultrafiltrasi dan
diinaktivasi dengan β-propiolakton. Bahan ini cukup antigenik sehingga hanya
perlu diberikan lima dosis HDCV untuk mendapatkan respons antibodi substansial
pada sebagian besar resipien. Reaksi lokal (eritema, gatal, bengkak pada tempat
suntikan) terjadi pada 30-70% resipien, dan reaksi sistemik ringan (sakit
kepala, mual, mialgia, pusing) terjadi pada sekitar seperlima resipien. Tidak
dilaporkan adanya reaksi anafilaktik, neuroparalitik, atau ensefalitik yang
serius. Vaksin ini telah digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1980.
Berdasarkan atas jaringan asalnya, HDCV terdiri atas:
a. Nerve tissue vaccine (NTV)
NTV
adalah vaksin yang terbuat dari jaringan saraf melalui vaksin yang berasal dari
otak hewan dewasa seperti kelinci, kambing, domba, kera dan tikus; dan vaksin
yang berasal dari otak bayi mencit.
b. Non-nerve tissue vaccine
Merupakan
vaksin yang terbuat dari jaringan bukan saraf, yang meliputi vaksin yang
berasal dari telur itik bertunas serta Tissue Culture Vaccine (TCV) yang
merpakan vaksin yang terbuat dari biakan jaringan.
c.Tissue
Culture Vaccine (TCV)
Cara
ini mulai ditemukan pertama kali oleh Kissling dkk. pada tahun 1963 dengan
menanam virus rabies strain CVS 11 pada biakan jaringan ginjal hamster,
kemudian sekitar tahun 1964 Wiktor, Fernandes dan Koprowski mulai mencoba
menanam virus rabies dari barbagai suku virus fike seperti CVS, Flury HEP,
Pyttman Moore dan lain-lain pada kultur dari human diploid cell tipe WI-38.
Pada garis besarnya TCV ini bila ditinjau dari kegunaannya terdiri atas:
Untuk
pencegahan sebelum digigit anjing (pre-exposure)
a.
Vaksinisasi pencegahan terhadap kemungkinan rabies, diberikan pada mereka yang
karena tugasnya berhubungan dengan hewan ternak atau hewan percobaan, misalnya
dokter hewan, ahli bologi, petugas karantina, petugas pada kandang hewan
percobaan, petugas rumah gotong dan lainlain, terutama pada daerah endemis
rabies.
b.
Pada anak-anak dapat juga diberikan vaksinasi pencegahan oleh karena resiko
tertular virus rabies secara statistik besar sekali.
Untuk
pengobatan setelah digigit (post-exposure)
Gunakanlah
rekomendasi WHO jika ada kemungkinan ditulari dengan virus rabies.
Cara
pemakaian:
Dengan
menggunakan jarum besar, vaksin beku-kering yang tersedia dilarutkan dalam
botolnya dengan 1 ml pelarut khusus yang ada di dalam disposible syringe yang
tersedia dalam kemasan. Kocok perlahan-lahan kemudian isap kembali seluruhnya
(dosis untuk orang dewasa). Kemudian vaksin rabies tersebut disuntikan secara
subkutan atau secara intra-muskuler dengan menggunakan jarum kecil. Vaksin
beku-kering ini berwarna putih kelabu tapi setelah dilarutkan berwarna merah
jambu.
2. Vaksin Rabies Absorpsi (RVA)
Vaksin
yang dibuat dalam jalur sel diploid yang berasal dari sel paru janin monyet
resus telah diijinkan di Amerika Serikat pada tahun 1988. Vaksin virus
diinaktivasi dengan β-propiolakton dan dipekatkan melalui adsorpsi terhadap
fosfat alumunium. Vaksin HDCV dan RVA cukup manjur dan aman.
3. Vaksin Jaringan Saraf
Vaksin
ini dibuat dari otak domba, kambing, atau tikus yang terinfeksi dan digunakan
di banyak bagian dunia termasuk Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Vaksin ini
menyebabkan sensitisasi terhadap jaringan saraf dan menyebabkan ensefalitis
pascavaksinisasi (suatu penyakit alergik) dengan frekuensi yang tinggi (0,05%).
Vaksin
ini tidak digunakan di AS selama beberapa dasawarsa. Perkiraan keberhasilannya
pada orang yang digigit oleh hewan rabies bervariasi dari 5% hingga 50%.
4. Vaksin Embrio Bebek
Vaksin
ini dikembangkan untuk mengurangi masalah ensefalitis pascavaksinasi. Virus
rabies ditumbuhkan dalam telur bebek terembrionasi, tetapi kepala diangkat sebelum
vaksin disiapkan, dengan tujuan untuk mengeluarkan jaringan saraf dan
menghindari ensefalitis alergi. Secara teratur vaksin ini menimbulkan reaksi
setempat dan reaksi sistemik (demam, malaise, mialgia) pada sepertiga resipien.
Reaksi neuroparalitik (<0,001%) dan anafilaktik (<1%), jarang terjadi,
tetapi antigenitas vaksin rendah. Karena itu harus diberikan banyak dosis
(16-25) untuk menimbulkan respon antibodi pascapemaparan yang memuaskan. Vaksin
ini digunakan di AS di
masa
lalu tetapi sekarang tidak lagi digunakan.
5. Virus hidup dilemahkan
Virus
hidup dilemahkan yang diadaptasi untuk tumbuh dalam embrio ayam (contohnya,
strain Flury) digunakan untuk hewan tetapi tidak untuk manusia. Kadang-kadang,
vaksin seperti ini dapat menyebabkan kematian akibat rabies pada kucing atau
anjing yang disuntikan. Virus rabies yang ditumbuhkan pada berbagai biakan sel
hewan juga telah digunakan sebagai vaksin untuk hewan peliharaan.
Tipe Antibodi Rabies
1.
Globulin imun rabies, manusia
Merupakan
globulin gama yang disiapkan melalui fraksionasi etanol dingin dari plasma
manusia terhiperimunisasi. Kandungan antibodi penetralisasi distandarisasi
hingga 150 IU/ml. Dosisnya 20 IU/kg, separuh diberikan disekitar luka gigitan
dan separuh yang lain secara intramuskuler.
2.
Serum Antirabies, kuda
Merupakan
serum pekat dari kuda yang terhiperimunisasi dengan virus rabies. Bentuk ini
telah digunakan dibeberapa negara dimana HRIG tidak terdapat. Pemilihan Produk
Imunisasi Rabies Hal ini merupakan penerapan rasio risiko/ manfaat, sejauh yang
diketahui untuk tiap produk. Vaksin sel diploid manusia mempunyai efektifitas
yang tinggi diantara vaksin yang dikenal dalam merangsang pembentukan antibodi,
dan beberapa efek tambahan yang berkaitan dengan hal ini. Terdapat lebih
sedikit reaksi terhadap globulin imun rabies manusia (khususnya penyakit serum
yang jarang, anaflaksis) dibandingkan terhadap serum antirabies kuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar